Mereka sedang menikmati kebersamaan yang
menakjubkan tatkala mereka Mendengar suara di kejauhan: “Kuek! Kuek!”
“Dengar,” kata si istri,
“Itu pasti suara ayam.”
“Bukan, bukan. Itu suara bebek,” kata si suami.
“Nggak, aku yakin itu ayam,” si istri bersikeras.
“ Mustahil. Suara ayam itu ‘kukuruyuuuk!’, bebek itu ‘kuek! Kuek!’ Itu bebek, Sayang,” kata si suami dengan disertai gejala-gejala
awal Kejengkelan.
“ Kuek! Kuek!” terdengar lagi.
“Nah, tuh! Itu suara bebek,” kata si suami.
“ Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul,” tandas si istri, sembari Menghentakkan kaki.
“ Dengar ya! Itu a... DA... Lah... Be... Bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti ?” si suami berkata dengan gusar. “Tapi itu ayam,” masih saja si istri bersikeras.
“ Itu jelas-jelas bue... Bek, kamu... Kamu....”
Terdengar lagi suara, “Kuek! Kuek!” sebelum si suami mengatakan sesuatu Yang sebaiknya tak dikatakannya. Si istri
sudah hampir menangis, “Tapi itu ayam....”
Si suami melihat air Mata yang mengambang di pelupuk Mata istrinya, Dan Akhirnya....
Wajahnya melembut Dan katanya dengan mesra, “Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok. ”
“Terima kasih, Sayang,” kata si istri sambil menggenggam tangan Suaminya.
“ Kuek! Kuek!” terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan Bersama dalam cinta.
………… ..
Maksud dari cerita ini:
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi,
1001 Kisah Sumber Inspirasi.
Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 387-388. ISBN 978-6028-686-938.